Challenge #1 YKMK
PERAPE
(Banjarmasin)
Dalam rangka memeriahkan berdirinya Your Kitchen
My Kitchen (YKMK), mengadakan tantangan yang pertama kali yaitu Challenge #1 YKMK
dengan tema “Jajanan Pasar Tradisional Indonesia”. Good Luck YKMK…….and special
thanks for Lynda Maitimu Timman sebagai pendiri dari YKMK, akhirnya saya
menjadi member YKMK, senang rasanya.
Wahhhh…..siapa saja pasti suka jajanan apalagi
jajanan tradisional yang beraneka ragam jenisnya dari Sabang sampai Merauke.
Biasanya di Jakarta lebih dikenal dengan kue subuh, kue atau jajanan yang
selalu tersedia di pagi hari.
Saya
sebagai Bangsa Indonesia sangat bangga bisa membuat aneka jajanan tradisional
Indonesia, dengan aneka bahan pangan yang ada di negeri ini. Jajanan
tradisional mempunyai cita rasa, kreasi yang unik di setiap daerah. Salah satu jajanan yang menarik yang sudah lama
ingin saya buat adalah Perape, yaitu jajanan khas Banjarmasin Kalimantan
Selatan yang berbentuk buah pare atau paria yang kulitnya terbuat dari tepung
ketan dan isinya kelapa parut dengan gula merah atau sering disebut unti,
biasanya berwarna hijau daun suji dan harum daun pandan. Biasanya Perape
disebut wadai pare khas Banjar atau kue pare.
Saya tertarik membuat Perape karena bentuknya
yang unik dan enak pastinya, apalagi dengan tepung ketan dengan tambahan
santan. Sebelum penyajian sebaiknya kita oles dengan santan terlebih dahulu,
terbayang kan gurih berpadu dengan legitnya unti. Sebenarnya di daerah saya
Jawa Tengah kue ini seperti kue Bugis tetapi bentuknya berbeda.
Kue perape ini resepnya saya ambil dari Majalah
langganan saya yaitu Majalah Sedap. Sudah tiga kali saya membuat Perape karena
semua suka dengan kue ini.
Perape
Resep Majalah Sedap
Untuk 26 buah
Bahan :
- 250 gram tepung ketan
- 1 sendok makan air kapur sirih
- ¼ sendok teh garam
- 175 ml santan kental dari ½ butir kelapa
- 50 ml air daun suji, dari 30 lembar daun suji ditumbuk bersama 50 ml air
- 4 tetes pewarna hijau tua (saya skip)
Bahan isi:
- 50 ml air
- 75 gram gula merah, sisir halus,
- 15 gram gula pasir
- 100 gram kelapa setengah tua, parut kasar
- 1 lembar daun pandan, ikat
- 1/8 sendok teh garam
Bahan olesan, aduk rata, didihkan:
- 50 ml santan kental dari ¼ kelapa
- 1/8 sendok teh garam
Cara membuat:
- Kulit, aduk tepung ketan, air kapur dan garam. Masukkan campuran santan, air daun suji dan pewarna bila pake. Uleni sampai rata.
- Rebus air, gula merah dan gula pasir. Saring.
- Rebus kembali air gula, tambahkan kelapa, daun pandan dan garam. Aduk sampai matang dan angkat.
- Ambil satu sendok makan adonan kulit, pipihkan. Tambahkan isi. Bentuk lonjong. Buat guratan-guratan hingga membentuk seperti paria.
- Oleskan bagian atas kue dengan bahan olesan. Alasi daun pisang. Kukus di dalam pengukus yang sudah dipanaskan 10 menit. Sambil dibuka tutup pancinya. Sebelum disajikan, oles lagi dengan santan.
Catatan:
- Unti saya buat sebelumnya.
- Untuk pewarna hijau saya gunakan 30 lembar daun suji ditambah 3 lembar daun pandan saya blender dengan air lalu saring.
- Air kapur saya ambil dari rendaman air kapur sirih yang bagian atasnya, endapannya jangan digunakan.
- Saya menggunakan 175 santan hangat, langsung saya campur dengan tepung ketan.
- Setelah adonan kalis segera tutup dengan plastik wrap, agar tidak cepat kering selama membentuk adonan.
- Adonan kulit saya ambil 15 gram, jadi untuk resep ini menjadi 32 buah. Besarnya bentuk sesuai selera. Menurut resep menjadi 26 buah.
- Untuk membuat guratan-guratan saya menggunakan garpu.
- Setelah adonan matang dan dingin sebaiknya disimpan di dalam wadah kedap udara, sehingga kue perape tidak cepat mengeras.
Selamat mencoba dan menikmati d
mbak Maya,lengket apa enggak waktu nyetaknya? kesengsem berat nich...
BalasHapusEnggak lengket mbak Eva, yang penting santannya hangat langsung campur air daun suji terus langsung tuang ke adonan sedikit-sedikit sambil diuleni sampai kalis ya, yang penting jangan menggunakan santan yang suhu ruang atau sudah dingin, menyebabkan adonan lengket.Terima kasih sudah mampir ya :)
BalasHapuskeren abis deh mbak.....kapan2 mau coba ah mbak,,,,
BalasHapuswow, fotonya kelas wahid mbak...
BalasHapusbtw, ini kuenya mirip lappet kal di kampung opungku di Padang Sidempuan....
bedanya klo lappet dibungkus daun pisang mbak,
salam kenal ya!
Terima kasih abis Mbak Veronica, silahkan mencoba semoga sesuai selera dan terima kasih juga sudah mampir ya mbak :)
BalasHapusThanks ya dentistvchef, lappet Batak sangat terkenal ya, biasa untuk acara adat betulkah? seperti ombus-ombus, pernah mencoba enak, dibungkus daun pisang berbentuk kerucut. Kalau di daerah asal saya namanya bugis tapi ditum dengan daun pisang. O iya salam kenal juga ya, klo cerita jajanan tradisional memang seru ya, gak ada habisnya :)
BalasHapusSaya Asli Suku Banjar Kami menyebutnya PAPARI .... saya pernah tinggal dekat kampung yang mmbuat bermacam "wadai banjar" .... guratan di atas PAPARI itu berasal dari Mayang Kelapa / tangkai kelapa yg masih dalam kelopak... tapi ga masalah suka suka mah... koreksi namanya saja...
BalasHapus